Sekarang saya mencoba membagi waktu antara bekerja sembari menambah softskill untuk memberi kontribusi terbaik sebagai relawan. Saya ingin ilmu ini bermanfaat nantinya tidak hanya bagi saya, tetapi juga bisa saya bagi kepada orang lain.

Desi, begitu nama panggilan saya. Lahir dan besar di Padang Panjang. Takdir mengantarkan saya untuk mencari ilmu di Bumi Parahyangan, Kota Bandung dari tahun 2010.

Lebih kurang delapan tahun saya di Bandung, menamatkan pendidikan kemudian sempat bekerja di sana. Namun, karena keinginan orang tua agar saya pulang ke Ranah Minang, akhirnya saya tiba kembali di kota kelahiran pada akhir Maret tahun ini.

Awal berada di sini saya merasa kembali “asing”, karena harus beradaptasi dengan lingkungan masyarakat yang telah lama saya tinggalkan. Ditambah saya dulunya memiliki kesibukan selain bekerja yaitu aktif pada kegiatan komunitas atau organisasi.

Ya, tiba di sini saya berupaya mencari komunitas untuk terus mengasah softskill sekaligus berorganisasi untuk menambah pertemanan. Sempat pada satu waktu, saya melihat status whatsapp teman yang berisi info kegiatan seminar Gol A Gong di Perguruan Diniyyah Putri Padang Panjang. Saya langsung mengomentari status whatsapp tersebut dan ingin mengetahui cara mengikuti kegiatan seminar itu.

Teman saya memberikan kontak Ketua Forum Pegiat Literasi (FPL) Padang Panjang, Kak Muhammad Subhan. Saya menyimpan kontak beliau, kemudian menanyakan mengenai cara bergabung menjadi anggota Forum Pegiat Literasi. Namun, respon yang diterima bagi saya cukup unik, “jangan jadi relawan, berat, kamu tidak akan kuat, biar saya saja”. Intinya, saya tidak dibolehkan jadi relawan. Dalam hati saya tersenyum.

Namun, karena tekad yang kuat, saya terus menyampaikan keinginan saya. Kemudian, Kak Muhammad Subhan memberi saya waktu untuk berpikir kembali beberapa hari, dan jika yakin, saya diminta menghubungi beliau lagi. Waktu itu Jumat, 20 Juli 2018. Dan, tiga hari kemudian, saya urung untuk mengontak beliau. Entah kenapa saya tiba-tiba merasa tidak percaya diri, apakah sanggup menjalankan amanah itu, walaupun di hati kecil sangat ingin bergabung.

Menepis sedikit keraguan itu, saya perlahan mulai menyibukkan diri dengan aktivitas menjadi panitia qurban di sekitar rumah. Semakin hari, hati kecil saya semakin bergejolak untuk mengasah ilmu menulis salah satunya dengan bergabung menjadi relawan. Selama ini, saya selalu menyempatkan menulis setiap hari. Saya ingin memiliki wadah agar ada yang membimbing untuk menulis.

Kesempatan masih berpihak pada saya. Tepat pada Kamis, 16 Agustus, Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Padang Panjang didukung FPL Padang Panjang mengadakan kegiatan Semarak Literasi untuk menyambut Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI. Kegiatannya berupa penampilan kreasi literasi, seperti mendongeng, storytelling, baca puisi dan lainnya. Di sana saya bertemu dengan Kak Muhammad Subhan sekaligus diperkenalkan dengan teman-teman relawan lainnya. Dari pertemuan tersebut saya merasa sangat senang dengan sambutan hangat dari para relawan, walaupun usia mereka lebih muda dari dari saya. Namun mereka tetap bersikap sopan.

Saya kembali sharing dengan Kak Muhammad Subhan mengenai keinginan mengasah kemampuan menulis. Kak Muhammad Subhan merekomendasikan untuk mengikuti berbagai kegiatan agar banyak inspirasi salah satunya dengan tergabung menjadi relawan literasi. Saya sangat senang saat itu ditawari kembali menjadi relawan. Namun, Kak Muhammad Subhan kembali meyakinkan apakah saya “cukup kuat dan tabah?” Saya menjawab dengan spontan, “saya sanggup dan saya hanya memiliki modal nekad”.

Keesokan harinya, tepat pada tanggal 17 Agustus 2018, saya resmi bergabung dengan grup relawan literasi. Namun pada saat itu, saya terkendala dengan kuota internet yang sudah habis. Jadi, saya terlambat merespon informasi yang dimasukkan ke dalam grup. Mungkin ini tantangan pertama, ya, kuota habis, sementara dalam grup membutuhkan respon cepat untuk menunjukkan bukti keseriusan menjadi relawan. Saya berusaha mencari wi-fi gratis pada saat itu dengan berkunjung ke perpustakaan daerah.

Akhirnya saya bisa merespon semua sambutan teman-teman relawan di whatsapp. Sejak saat itu, saya mendapat saudara baru, sahabat baru, dan keluarga baru. Paling penting, selalu mendapat info terbaru mengenai kegiatan relawan yang seabrek, baik kegiatan mingguan, maupun kegiatan lain yang bermanfaat untuk mengasah ilmu literasi. Manfaatnya sangat terasa ketika bergabung hingga sekarang.

Guru saya pernah berkata, kejahatan yang terorganisir akan kalah dengan kebaikan yang tidak terorganisir. Tetapi dalam tim relawan ini saya menemukan kebaikannya selalu terorganisir, karena dikelola oleh orang-orang terpilih, dan siap menjadi pribadi pembelajar. Ditambah saya berada di lingkungan yang saling memberi support agar kita terus berkembang mengasah ilmu.

Sekarang saya mencoba membagi waktu antara bekerja sembari menambah softskill untuk memberi kontribusi terbaik sebagai relawan. Saya ingin ilmu ini bermanfaat nantinya tidak hanya bagi saya, tetapi juga bisa saya bagi kepada orang lain. Insya Allah, segala kesibukan ini saya niatkan mempersembahkan prestasi terbaik untuk-Nya, Allah SWT. (Desi Hardianti/FPL)